KHC - Di belahan bumi manapun hampir tak ada penyelenggara pemilu yang tidak
menyoroti pemilih pemula. Di Indonesia sendiri, pemilih dengan kisaran
usia 17-21 tahun yang berstatus pelajar dan mahasiswa ini selalu menjadi
topik;
bagaimana caranya supaya mereka berpartisipasi secara aktif dalam Pemilu. Semua pihak setuju dan tidak mau kalau pemilih pemula tidak memiliki pendirian politik, atau suaranya malah mengambang dalam Pemilu.
bagaimana caranya supaya mereka berpartisipasi secara aktif dalam Pemilu. Semua pihak setuju dan tidak mau kalau pemilih pemula tidak memiliki pendirian politik, atau suaranya malah mengambang dalam Pemilu.
Begitu juga dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat
(Pilgub) 2013. Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat (KPU Jabar)
mengagendakan sosialisasi kepada pemilih pemula, antara lain dengan
menggelar Lomba Cerdas Cermat Pemilu (LCCP) dan Pilgub 2013 tingkat SLTA
se-Jawa Barat. Sangatlah menggembirakan kalau melihat gairah, semangat
dan luasnya pengetahuan para pelajar dalam hal menyerap informasi
politik, perundang-undangan dan peraturan Pemilu.
Namun mesti diakui, antusiasme pelajar dari 26 kabupaten/kota yang
bulan lalu itu tumplek di Hotel Horison, Jl. Pelajar Pejuang ‘45
Bandung, merupakan perwakilan pelajar atau hanya segelintir dari sekian
banyak pemilih pemula
di Jawa Barat. Meski yang diutus ke LCCP tingkat provinsi ini adalah
mereka yang lolos seleksi di kapabuten/kotanya masing-masing, tetap saja
jumlahnya belum memadai untuk menjadi barometer peran aktif pemilih
pemula pada Pilgub 2013.
Kalau Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat mencatat jumlah pemilih pemula di
Jawa Barat sebanyak 20 persen dari total pemilih 36,6 juta orang,
berarti ada 7,32 juta pemilih pemula yang harus dirangsang minat agar
peduli pada situasi politik di tengah kehidupannya. Mereka sangat
berpotensi menentukan baik buruknya iklim demokrasi. Suara mereka sangat
diperhitungkan sebagai penentu masa depan masyarakat dan bangsa.
Adalah tanggungujawab bersama untuk menyentuh keseluruhan pemilih
pemula dalam pembinaan, pendidikan dan pembangunan politik. Apalagi bagi
Jawa Barat sebagai provinsi terbanyak jumlah pemilihnya, sehingga
Pilgub 2013 merupakan Pemilu terbesar ketiga setelah Pemilu Legislatif
dan Pemilu Presiden, karakter dan kepribadian politik mereka perlu
ditumbuhkembangkan denganbrain-storming yang konstruktif.
Paling tidak, untuk menyukseskan Pilgub 2013 perlu ada penggiringan
dan penggalangan partisipasi pemilih pemula yang lebih intensif oleh
seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dan penyelenggara pemilu,
yaitu KPU Jabar dan Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu). Tujuannya
supaya supaya Jawa Barat yang kadung dicap sebagai provinsi yang
suaranya mengambang (swing province) pada Pemilu 1999, Pemilu 2004 dan Pemilu 2009, bisa menekan serendah-rendahnya jumlah “Golongan Putih” atau “Golput” (non-voters) dari pemilih pemula.
Karena konstitusi di republik ini mengatakan bahwa memilih dalam Pemilu
adalah hak bagi warga negara, berbeda dengan Republik China, Australia
atau negara-negara lain yang menganggap wajib dan dikenakan sanksi
hukuman bagi yang tidak memilih, maka kesadaran untuk menggunakan hak
pilihnya patut digelindingkan ke seluruh lapisan masyarakat termasuk
kelompok pemilih pemula, sehingga menjadi semacam kesalahan dan rasa
malu yang teramat sangat jika tidak ikut memilih.
Golput, yang jumlahnya cenderung meningkat dari pemilu ke pemilu di
negeri ini, memang cukup memprihatinkan sekaligus membikin miris banyak
kalangan. Betapa tidak, dari jumlah 171. 265.442 pemilih pada Pemilu
2009 tercatat hanya ada 104.099.785 suara yang sah, dan yang tidak sah
sebanyak 17.488.581 suara. Dalam suara yang tidak sah itu sebagian
adalah yang sengaja dimasukkan oleh Golput. Juga berdasarkan hasil
Pemilu 2009, jumlah Golput mencatat angka yang mencengangkan, yaitu
29,006 persen atau 49,678 juta orang dari total pemilih di Indonesia,
atau dua kali jumlah penduduk Australia.
Semua komponen dan elemen masyarakat tentu saja bertanggungjawab secara
moral untuk meniadakan, atau paling tidak meminimalisir angka suara
tidak sah dari Golput yang sebagian adalah pemilih pemula. Pemilih
pemula, patut dijaga pemikirannya agar memiliki pendirian politik yang
positif, tidak antipati dan apriori terhadap pemilu, dan jangan
terpengaruh oleh paham Golput: “Memilih untuk tidak memilih”.
Pihak yang paling dominan mempengaruhi pola pikir dan pandangan politik
bagi pemilih pemula, adalah partai politik selaku kontestan pemilu.
Terlebih dalam Pilgub 2013, parpol yang juga berperan sebagai pengusung
calon—kecuali calon perseorangan (calon independen) yang pencalonannya
melalui jalur pengumpulan dukungan—sejatinya menampilkan figur calon
dari orang terbaiknya berikut tim kampanye yang cerdas, memiliki sikap
keteladanan dan elegant dalam memainkan perannya sebagai pemikat hati pemilih (votes getter). Salahsatu tujuannya adalah untuk menggugah minat pemilih pemula agar nanti berbondong-bondong ke TPS.
Andaikata ke-5 pasangan calon dan tim suksesnya selalu berpijak pada
aturan dan ketentuan berlaku dalam Pilgub 2013, menjaga nama baik parpol
masing-masing dan calon yang diusungnya, sama-sama menawarkan program
yang realistis dan rasional, berpandangan jauh ke depan, dan senantiasa
menghindari fragmatisme politik dengan black campaign dan praktik
politik uang (money politics)-nya, maka pasti pemilih pemula akan
terpanggil untuk ikut memilih pemimpin dari orang-orang terbaik di Jawa
Barat. Maka, Pilgub yang pelaksanaan pemungutan suaranya ditetapkan
pada 24 Februari 2013, akan betul-betul sebagai pesta demokrasi rakyat
Jawa Barat dan menjadi popular vote dengan melibatkan semua orang yang berhak memilih.
Penulis: Ilman Ferdiana
Sumber: Media Center KPU Jabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar