Ads

Semua Berita Terbaru Dulur Kang Herlas

Kamis, 03 Januari 2013

Pemilih Pemula

| No comment
KHC - Di belahan bumi manapun hampir tak ada penyelenggara pemilu yang tidak menyoroti pemilih pemula. Di Indonesia sendiri, pemilih dengan kisaran usia 17-21 tahun yang berstatus pelajar dan mahasiswa ini selalu menjadi topik;
bagaimana caranya supaya mereka berpartisipasi secara aktif dalam Pemilu. Semua pihak setuju dan tidak mau kalau pemilih pemula tidak memiliki pendirian politik, atau suaranya malah mengambang dalam Pemilu.
Begitu juga dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat (Pilgub) 2013. Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat (KPU Jabar) mengagendakan sosialisasi kepada pemilih pemula, antara lain dengan menggelar Lomba Cerdas Cermat Pemilu (LCCP) dan Pilgub 2013 tingkat SLTA se-Jawa Barat.  Sangatlah menggembirakan kalau melihat gairah, semangat dan luasnya pengetahuan para pelajar dalam hal menyerap informasi politik, perundang-undangan dan peraturan Pemilu.
Namun mesti diakui, antusiasme pelajar dari 26 kabupaten/kota yang bulan lalu itu tumplek di Hotel Horison, Jl. Pelajar Pejuang ‘45 Bandung, merupakan perwakilan pelajar atau hanya segelintir dari sekian banyak pemilih pemula di Jawa Barat. Meski yang diutus ke LCCP tingkat provinsi ini adalah mereka yang lolos seleksi di kapabuten/kotanya masing-masing, tetap saja jumlahnya belum memadai untuk menjadi barometer peran aktif pemilih pemula pada Pilgub 2013.
Kalau Ketua KPU Jabar Yayat Hidayat mencatat jumlah pemilih pemula di Jawa Barat sebanyak 20 persen dari total pemilih 36,6 juta orang, berarti ada 7,32 juta pemilih pemula yang harus dirangsang minat agar peduli pada situasi politik di tengah kehidupannya. Mereka sangat berpotensi menentukan baik buruknya iklim demokrasi. Suara mereka sangat diperhitungkan sebagai penentu masa depan masyarakat dan bangsa.       
Adalah tanggungujawab bersama untuk menyentuh keseluruhan pemilih pemula dalam pembinaan, pendidikan dan pembangunan politik. Apalagi bagi Jawa Barat sebagai provinsi terbanyak jumlah pemilihnya, sehingga Pilgub 2013 merupakan Pemilu terbesar ketiga setelah Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden, karakter dan kepribadian politik mereka perlu ditumbuhkembangkan denganbrain-storming yang konstruktif.
 Paling tidak, untuk menyukseskan Pilgub 2013 perlu ada penggiringan dan penggalangan partisipasi pemilih pemula yang lebih intensif oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dan penyelenggara pemilu, yaitu KPU Jabar dan Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu).  Tujuannya supaya supaya Jawa Barat yang kadung dicap sebagai provinsi yang suaranya mengambang (swing province) pada Pemilu 1999, Pemilu 2004 dan Pemilu 2009, bisa menekan serendah-rendahnya jumlah “Golongan Putih” atau “Golput” (non-voters) dari pemilih pemula.   
Karena konstitusi di republik ini mengatakan bahwa memilih dalam Pemilu adalah hak bagi warga negara, berbeda dengan Republik China, Australia atau negara-negara lain yang menganggap wajib dan dikenakan sanksi hukuman bagi yang tidak memilih, maka kesadaran untuk menggunakan hak pilihnya patut digelindingkan ke seluruh lapisan masyarakat termasuk kelompok pemilih pemula, sehingga menjadi semacam kesalahan dan rasa malu yang teramat sangat jika tidak ikut memilih.
Golput, yang jumlahnya cenderung meningkat dari pemilu ke pemilu di negeri ini, memang cukup memprihatinkan sekaligus membikin miris banyak kalangan. Betapa tidak, dari jumlah 171. 265.442 pemilih pada Pemilu 2009 tercatat hanya ada 104.099.785 suara yang sah, dan yang tidak sah sebanyak 17.488.581 suara. Dalam suara yang tidak sah itu sebagian adalah yang sengaja dimasukkan oleh Golput. Juga berdasarkan hasil Pemilu 2009, jumlah Golput mencatat angka yang mencengangkan, yaitu 29,006 persen atau 49,678 juta orang dari total pemilih di Indonesia, atau dua kali jumlah penduduk Australia.  
Semua komponen dan elemen masyarakat tentu saja bertanggungjawab secara moral untuk meniadakan, atau paling tidak meminimalisir angka suara tidak sah dari Golput yang sebagian adalah pemilih pemula. Pemilih pemula, patut dijaga pemikirannya agar memiliki pendirian politik yang positif, tidak antipati dan apriori terhadap pemilu, dan jangan terpengaruh oleh paham Golput: “Memilih untuk tidak memilih”.
Pihak yang paling dominan mempengaruhi pola pikir dan pandangan politik bagi pemilih pemula, adalah partai politik selaku kontestan pemilu. Terlebih dalam Pilgub 2013, parpol yang juga berperan sebagai pengusung calon—kecuali calon perseorangan (calon independen) yang pencalonannya melalui jalur pengumpulan dukungan—sejatinya menampilkan figur calon dari orang terbaiknya berikut tim kampanye yang cerdas, memiliki sikap keteladanan dan elegant dalam memainkan perannya sebagai pemikat hati pemilih (votes getter). Salahsatu tujuannya adalah untuk menggugah minat pemilih pemula agar nanti berbondong-bondong ke TPS.
Andaikata ke-5 pasangan calon dan tim suksesnya selalu berpijak pada aturan dan ketentuan berlaku dalam Pilgub 2013, menjaga nama baik parpol masing-masing dan calon yang diusungnya, sama-sama menawarkan  program yang realistis dan rasional, berpandangan jauh ke depan, dan senantiasa menghindari fragmatisme politik dengan black campaign  dan praktik politik uang (money politics)-nya, maka pasti pemilih pemula akan terpanggil untuk ikut memilih pemimpin dari orang-orang terbaik di Jawa Barat.  Maka, Pilgub yang pelaksanaan pemungutan suaranya ditetapkan pada 24 Februari 2013, akan betul-betul sebagai pesta demokrasi rakyat Jawa Barat  dan menjadi popular vote dengan melibatkan semua orang yang berhak memilih.
Penulis: Ilman Ferdiana 
Sumber: Media Center KPU Jabar
Tags :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Follow Us on Facebook

Copyright 2025 : All rightes reserved:
Designed By Templatezy & Copy Blogger Themes